Pages

Ads 468x60px

Jumat, 09 November 2012

sebuah cerita


Tersenyum aku di sini, mengingat bagaimana kamu tersenyum kepadaku,
Memandang kedua mataku, tepat di manik mataku.
Semua terasa indah saat itu juga.
Bagaimana mungkin tidak, dalam 3 kali pertemuan aku selalu menghabiskan waktu lebih dari 3 jam bersamamu, bercanda, tertawa dan
Yang tidak aku inginkan,
Mengapa dia memandangku seperti itu,
Aku sangat benci menduga-duga apa yang terjadi,
Tatapan itu, tatapan keingin tahuan.
Puisi karya : amalia Lutfia aminni
Sebuah cerita
Saat aku berdiri tepat di balik punggunya, saat aku serius memperhatikan pekerjaannya,
Ia membalikkan badan dan menatap wajahku,
Oh ini tidak akan terjadi,
Pipiku merona merah
Benarkah, sampai ia tersenyum geli.
Aku tetap berlaku biasa, mungkin ia tidak sengaja pikirku.
Namun, ini bukan kesengajaan, ia melakukannya lagi,
Ini yang kedua kalinya,
Saat ia memandang wajahku dia berkata
“ bagaimana ? bagus tidak ? “
Lalu aku menjawab
“ tidak buruk”
Lalu ia tersenyum.
Senyum itu, apakah ia tersenyum khusus untuk ku atau kepada semua wanita,
Entahlah tapi aku tidak berharap besar.
Lalu ada lagi,
Saat aku merasa ada yang tidak baik dalma diriku, bisa di sbeut bahwa aku tidak enak badan. Lebih tepatnya aku belum makan sejak pagi hingga pukul 7 malam.
Aku duduk di sampingnya, ia tengah asik dengan computer jinjingnya atau yang sering di sebut laptop, atau notebook. Aku hanya menatapnya dalam diam, tidak banyak yang kukatakan, aku hanya bergumam saja, berkata ia atau hanya mengangguk saja, hingga akhirnya aku tidak sadar bahwa aku sedang menikmati rasa sakit yang menjejal lambungku, sampai ia menyadarkankun mengatakan sesuatu yang tidak begtu jelas,
Aku mendengar kata
“sayang”
Entahlah mungkin aku sedang ngelantur,
aku mencoba bertanya apa yang di katakannya tadi
“ apa yang kamu katakana tadi “
“ tidak ada, ini tidak penting. Kamu kenapa ?”
“ aku baik-baik saja “
“ aneh,”
“ apa yang aneh, aku biasa saja”
“ kamu tidak seperti biasa, hanya diam dan berkata ia “
“ bukankah itu bagus “
“ kamu sakit?”
Saat ia mengatakan itu aku menatapnya, memprhatikan kedua bola matanya tepat di manik matanya,
Aku melihat sedikit, aku tekankan SEDIKIT rasa khawartir padanya,
“ aku tidak sakit”
Sebenarnya itu jawaban yang spontanitasi terucap
“ lalu kenapa diam ?”
Saat ia mengatakan itu, seketika itu ia meletakkan tangannya tepat di dahiku, mengecek apakah aku sakit
“ kamu tidak sakit sepertinya “
“ya, memang aku tidak sakit “
Jawabku lalu mencubit lengannya,
Saat ia menempelkan telapak tangannya tepat dahiku, ada rasa yang aneh,
Aneh dalam hal perasaan bukan hal lain,
Banyak tanda tanya,
Aku tidak ingin menafsirkan perlakuannya tadi.
Setelah perbincangan yang cukup datar itu, aku mencoba membuka pembicaraan agar ia tidak terus menghujani ku dengan rentetan pertanyaan tentang keadaanku, mungkin itu juga akan mengurangi rasa sakitku.
Kami berdua bercanda, tertawa dan saling bercerita tentang keadaan orang lain dan diri kami maisng-masing.
Sampai aku tak sadar waktu sudah menunjukan pukul 7.30 malam,
Tanpa aku sadar aku telah melontarkan sebuah kata
“aku takut pulang”
“ kamu bilang apa tadi ? “
Ia menyahuti perkataanku
“ ah, tidak kok,”
“ aku akan mengantarmu, namun tidak sampai kerumah, mungkin hanya sampai kepertigaan dekat rumahmu saja bagaimana?”
Tawarnya kepadaku
“ terimaksih, tidak perlu mungkin ini merepotkanmu”
Kataku menolak dengan halus
Kemudian dia berkata
“ oke, terimaksih telah mengerti. Kenakan jaketku saja, aku sudah biasa pulang tanpa jaket, lagi pula kamu wanita dan sangat riskan pulang malam”
Katanya sambil menyodorkan jaket berwarna ahh tidak penting jaket itu berwarna apa, dia meminjamkannya saja aku sudah bersyukur.
Kami keluar ruangan bersamaan , saat di parkiran hendak mengambil motor, aku sudah tidak kuat lagi menahan sakit pada lambungku yang di karenakan belum ku isi sejak pagi ,
Maksudku belum ku isi dengan makanan berat. Saat itu juga aku tidak kuat untuk menopang badanku, sgera aku duduk di samping motorku, menahan sakit yang semakin menjadi-jadi. Kemudian dia menghampiriku dan bertanya dengan tatapan cemas
“ kamu kenapa ? apa yang terjadi “
“ tidak, aku tidak apa-apa. Kamu pulang saja dulu “
“ bisakah kamu berkata jujur?”
“ aku belum makan sejak pagi, dan sekarang aku merasa sedikit kurang enak pada lambungku “
Kataku sambil tertawa
“ apa yang lucu, sejak tadi kamu tertawa dengan sangat keras sambil menahan rasa sakit”
“ kamu terlalu dramatis, berhenti menonton film korea “
Kataku dengan tertawa semakin kencang. Saat sedang tertawa tiba-tiba saja perutku meraung raung minta diisi
*kriiik*
“spertinya kamu lapar sekali, bisakah kamu bangun dan duduk di sana “
Katanya sambil menunjuk bangku yang ada tidak jauh dari parkiran motor kami
“ seandainya bisa”
Kataku smabil tertawa lagi,
“ sebegitu parahkah ? tapi kenapa kamu maish tetap bisa tertawa ?”
“its me “ kataku sambil tertawa kemudian mencoba berdiri di bantu olehnya ,
Saat itu juga terbersit pikiran
Mungkinkah..
Aku hilangkan semua pikiran itu, aku yakin ia akan baik kepada smua wanita yang sakit perut sperti aku hahah.
Setelah mengantarku duduk di bngku, ia kemudian melesit pergi menggunakan speda motornya untuk membeli roti atau apalah aku tidak peduli. Oya tidak penting jenis dan merk kendaraannya bukan.
Beberapa menit kemudian dia kembali dngan membawa kantong palstik putih, spertinya ia baru saja pergi ke alfamart dengan kode kantong plastic itu.
“ makan dulu, baru kamu pulang “
Katanya sambil menyodorkan
1 buang roti sandwich isi coklat
“ terimakasih, ini sudah lebih baik “
Kataku lalu melahap 1 buah sandwich tadi.
Aku menyadari hal aneh lagi,
Ia memandang wajahku, ia memperhatikan bagaimana aku makan,
Apakah..
Ini tidak mungkin, akan ku buang jauh-jauh pikiran itu. Karna aku menyadarinya, aku balik menatapnya kemudian bertanya
“ kenapa mentapku begtu ?”
“ memang tidak boleh ?”
“ harus dengan alsan”
“hmm, entahlah. “
“ oya, segeralah kamu pulang, ini sudah malam. Jangan sampai kejadian tertidur di atas motor terulang “
“ kamu mengkhawatirkan aku ?”
“ mungkin, aku hanya tidak ingin hal aneh terjadi “
Tanpa sadar kata itu terucap dari mulutku,
Udara yang dingin tiba-tiba menghangat di sekitar pipiku,
Ooh tuhan apa yang ku katakan tadi ?
“ oh, ayolah kita pulang sekarang saja”
Kataku mengajaknya, kemudian ia mengantarku menuju motor sambil memapah sedikit badanku
“ aku tidak perlu di papah”
“ oke baiklah, aku bermaksd baik”
“ aku mengerti maafkalah perkataanku, aku hanya sedikit lelah”
Kataku tanpa terasa mata ku seperti menampakkan rasa takut kehilangan lebih tepatnya rasa takut ia akan marah dan pergi membawa semua perhatian yang ia berikan sejak tadi.
“ gak pa-pa santai aja kali, sekarang kamu sudah merasa enak ? segeralah pulang . aku mengikutimu dari belakang “
Katanya kemudian menyalakan sepeda motornya dan mempersilahkan aku untuk keluar dari parkiran,

Dari semua perhatiannya, dari semua tatapan dan pandangannya sudah membuatku.. ahh tidak , tidak akan terjadi. Aku membenci adegan seperti itu..
Aku ingat saat aku dna dia saling bertukar pikiran saat itu aku berkata “ jika kamu ingin wanita yang benar-benara mencintaimu, perlakukan dia layaknya 1 wanita di dunia ini”
Lalu dia menjawab “ kamu terlalu kaku, wanita di dunia ini banyak, tidak mungkin aku mengurung diri dari puluhan wanita yang memberikan cintanya kepadaku”

Dari perkataannya itu, aku mengambil kesimpulan bahwa ia hanya MENERIMA cinta seorang wanita namun TIDAK MEMBERI cintanya kepada wanita,
Ia menerima SEMUA cinta wanita, namun ia HANYA MEMBERI cintanya kepada 1 wanita.
Aku berharap itu aku..
Ahhh sudh lupakanlah, ia sudah memberikannya untuk 1 wanita, :)

0 komentar:

Posting Komentar